Sejalan dengan keadaan dimana sebagian besar bisnis harus tutup, merubah model bisnis atau beroperasi sebagian (contoh: bisnis restauran yang hanya malayani take out order atau delivery), juga ketika semua orang mengikuti social distancing, atau di Indonesia lebih dikenal dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) , terciptalah yang disebut dengan social distancing economy. Social distancing economy adalah bagaimana supply and demand berjalan mengikuti the new normal dari berbagai aspek prilaku konsumen yang disebabkan oleh diberlakukanya social distancing.
Beberapa the new normal yang mungkin sudah mulai terbiasa, yang notabene berarti sudah "terasa normal", antara lain Work From Home (WFH) vs. pergi ngantor, pesan Gofood / Grabfood vs. makan di restaurant, belanja groceries online vs. belanja ke pasar, nonton film di layanan OTT seperti Netflix vs. nonton film di bioskop, menyaksikan live streaming show vs. live concert, E-commerce shopping vs. belanja di mall, dan berbagai kegiatan #dirumahaja yang sebelum situasi social distancing ini terjadi, sangat sulit kita bayangkan bisa dijalankan seperti sekarang.
Mayoritas bos-bos di perusahaan tidak percaya work from home bisa berjalan. Menurut mereka WFH pasti akan mengurangi produktifitas karyawan. Namun setelah dijalankan secara "terpaksa" mulai dari awal bulan Maret 2020, Ternyata WFH bisa berjalan dengan cukup efektif, bahkan dari pengalaman saya sendiri yang bekerja di perusahaan media, WFH lebih sibuk dan padat dari biasanya dan effective work hour meningkat karena tidak adanya commute time, cofee shop hangout time dan alasan lain seperti terlambat meeting karena otw. kejebak macet
Banyak emak-emak para ibu rumah tangga yang anti membeli daging, buah dan sayur segar secara online dan merasa pergi ke pasar atau supermarket adalah suatu keharusan kalau untuk urusan yang satu ini, Di masa social distancing terbukti emak-emak pun bisa berubah, dan pembelian groceries online pun menjadi salah satu kategori belanja online yang mencatatkan peningkatan pertumbuhan paling tajam.
Dari contoh-contoh perubahan prilaku konsumen diatas, kita melihat pada dasarnya konsumen tidak berhenti membeli barang dan jasa kebutuhan hidup sehari hari dan juga tidak serta merta mengganti gaya hidup yang sebelumnya mereka nikmati dijaman sebelum social distancing. Jadi, apa yang berubah?
Social Distancing Economy mendorong transformasi apa yang dibeli (The What) dan bagaimana (The How) konsumen membeli atau menikmati produk dan jasa, The What and How itu lah yang sekarang menjadi sangat berbeda dan membentuk prilaku konsumen yang baru. Konsumerisme bertransformasi dalam What dan How bersamaan dengan semua batasan yang tercipta secara "terpaksa" dari keadaan social distancing. Mari kita lihat apa transformasi prilaku konsumen yang menjadi fundamental dalam social distancing economy. barang apa yang dibeli (What), dan bagaimana (How) mereka membeli atau menikmati produk dan jasa itu lah yang sekarang menjadi sangat berbeda dan membentuk prilaku konsumen yang baru
THE WHAT 5 kategori produk dengan peningkatan penjualan dan konsumsi yang paling signifikan selama masa-masa social distancing dan berpotensi menjadi the new normal antara lain makanan segar dan produk kesehatan, do yourself product, kontent hiburan media digital, apps dan layanan e-banking.
1. Makanan Segar Dan Produk Kesehatan Di kategori produk makanan dan kesehatan, konsumen beralih ke berbagai produk makanan segar seperti sayur, buah-buahan, makanan beku, multivitamin dan suplemen. Minat belanja produk di kategori ini mengalami peningkatan fantastis dengan rata rata 2.000% dibanding keadaan sebelum social distancing.
Hand sanitizer atau pembersih tangan yang menjadi produk preventif penyebaran virus, tercatat pertumbuhan minat belanja tertinggi yaitu 5.000% lebih. Tren yang sama juga tercatat untuk produk seperti masker, termometer, cairan pembersih, tissue basah dan lainya yang memiliki rata-rata pertumbuhan lebih dari 10 kali lipat.*
Hal ini terlihat sebagai pergeseran prioritas dari konsumen yang semakin sadar (walaupun sebagian terpaksa) akan pentingnya kesehatan dan kebersihan lewat makanan sehat dan produk produk kesehatan dalam keseharian mereka.
Layanan e-commerce yang melayani penjualan produk makanan segar seperti HappyFresh, dan Tukangsayur.co mengalami lonjakan pesanan dengan rata-rata membukukan pertumbuhan 8 sampai 10 kali lipat dalam masa social distancing ini.** Mayoritas barang yang diminati adalah bahan pokok dan tanaman herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan. Tokopedia mencatat lonjakan penjualan daging sapi sampai 100 ton dalam bulan Maret 2020 dan Jahe sampai 60 ton. (sebagai catatan Jahe sebanyak itu bisa membuat minuman bandrex untuk seluruh rakyat kota Bandung).
Hal ini dilihat sebagai celah untuk memperkuat layanan terhadap konsumen, dan dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis untuk menyambut perubahan prioritas konsumen ini. Sebagai contoh, Blibli.com, mereka membagi layanan menjadi BlibliFresh dan BilbiMart. Pelanggan dapat mencari produk-produk kebutuhan pokok dan rumah tangga di BlibliMart, sedangkan untuk mendapatkan makanan segar seperti daging, sayur dan buah bisa membeli produk BlibliFresh dengan penanganan yang khusus untuk memastian kualitas dan kesegaran tetap terjaga sampai terkirim di rumah pemesan. Bukan hanya pedagang online, para pedagang di pasar traditional pun sekarang sudah menerima layanan P2P(peer to peer) order lewat whatsapp atau pemesanan online memanfaatkan medial sosial dan bekerjasama dengan layanan antar Ojol. PD Pasar Jaya salah satunya. Pemprov DKI membuka layanan untuk pembelian secara online di 105 pasar di bawah naungan Pasar Jaya, menurut pasarjaya.co.id. Seluruh gerai pasar jaya membuka layanan pembelian dari rumah aja, dengan menyediakan nomor telepon pedagang untuk para konsumen agar bisa langsung bertransaksi. Untuk pengiriman dilakukan dengan bekerja sama dengan Gojek atau Grab.
2. Do Yourself Product - Produk Swa-Aktif Dirumah Work from home, study from home, dan semua kegiatan #dirumahaja, juga mendorong terciptanya waktu luang untuk melakukan olahraga, menikmati hiburan, melakukan hobi, masak dirumah dan berbagai kegiatan lain. Hal ini mendorong peningakatan produk-produk kategory Do yourself product, yaitu semua produk yang bisa di digunakan, dikonsumsi dan dikembangkan di rumah dan dilakukan sendiri (oleh orang dirumah) tanpa bantuan orang lain.
Do yourself product termasuk peralatan dan bumbu masak, perkakas rumah, alat olahraga, peralatan pendukung kerja, dan produk yang berhubugan dengan hobi. Menurut beberapa situs belanja online, peningkatan penjualan bumbu masak dan bahan bahan kue, meningkat 4 kali lipat di bulan Maret sampai April 2020. Peralatan olah raga dirumah seperti sepeda, alat yoga, alat alat latihan beban mengalami peningkatan rata rata 200% sampai 300%. ** Semua trend ini dipicu adanya perubahan gaya hidup yang berpusat di lingkungan rumah seperti memasak, berolahraga, dan hiburan lainya yang bisa dijalankan dan dinikmati dirumah.
3. Konten Hiburan Media Digital Di Indonesia, beberapa tahun terakhir memang sudah terjadi pergeseran pola audiensi atau kepemirsaan terhadap semua media, baik cetak, televisi, maupun digital. Dengan adanya social distancing dan #dirumahaja, pergeseran ini pun semakin tajam. Kategori yang menikmati pertumbuhan paling tinggi adalah para pemain media OTT seperti Netflix, Vidio.com, Viu dan lainnya. Semakin banyaknya waktu di dalam rumah mendorong konsumen bereksplorasi dengan pilihan hiburan yang bisa di akses dari rumah. Hal ini didukung oleh data yang mengatakan rata-rata 25% konsumen di Indonesia untuk pertama kalinya menonton Netflix dan Viu di bulan Maret 2020, yang berarti terjadi peningkatan tajam pemirsa baru untuk OTT.
Vidio.com, salah satu OTT terbesar di Indonesia milik grup media raksasa EMTEK, mengalami kenaikan viewers 225% dalam kurun waktu Januari sampai April 2020. Salah satu contoh adalah Vidio.com, salah satu OTT terbesar di Indonesia milik grup media raksasa EMTEK, menyajikan tayangan internasional seperti film dan serial dari beragai negara juga tayangan TV nasional dan internasional, mengalami kenaikan viewers 225% dalam kurun waktu Januari sampai April 2020. Southeast Asia Online Video Consumer Insights and Analytics: A Definitive Study by Media Partners Asia, menyebutkan Vidio.com paling cepat dalam membukukan pertumbuhan year on year dibandingkan platform OTT lokal lainnya selama pandemi dan anjuran kerja dari rumah diberlakukan. AppAnnie juga mencatat konsumsi video streaming di Indonesia meningkat 15% dalam jumlah jam secara year to date hingga Maret 2020. Data lain menunjukan kenaikan Netflix di Indonesia sampai 16% di bulan April 2020.
4. Aplikasi Digital - Apps Menurut SurveySensum yang dilansir dari mix.co.id, selama masa social distancing, 70% responden mengunduh dan mencoba menggunakan setidaknya 1 kategori/app digital baru. 38% konsumen mengatakan mencoba berkonsultasi dengan tenaga medis secara online. Konsumen layanan pendidikan online juga ikut naik 34%, mengingat para siswa harus belajar di rumah. Teknologi yang mendukung WFH - aplikasi dan perangkat lunak untuk bekerja seperti Microsoft Teams, Zoom, Skype, dan sejenisnya - mengalami peningkatan sampai 1.200% dengan penetrasi ke pelanggan baru lebih dari 10 kali lipat Sedangkan untuk para murid sekolah penggunaan e-learning app mengakibatkan melonjaknya pemakaian GoogleClassrom sampai 5.000% lebih, hal tersebut juga terjadi pada aplikasi pendukung belajar lainya, baik apps untuk pendidikan formal ataupun nonformal seperti aplikasi masterclass yang mencatat pertumbuhan sampai 3.5 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.
5. E-Banking Di industri perbankan, Mobil Banking BRI mencatat kenaikan transaksi 61% dibandingkan Januari 2020 dengan kenaikan transaksi sebanyak 32 juta kali transaksi dengan volume mencapai diatas Rp 20 triliun. BRImo pada Maret 2020 dibandingkan bulan sebelumnya tumbuh mencapai 28% ** Dilansir dari Koran Tempo, Bank BCA mengalami peningkatan 74 % dalam lalulintas transaksi perbankan lewat internet banking dan mobile banking, sementara Bank Mandiri mengantisipasi lonjakan transaksi dengan menambah kapasitas corebanking lima kali lipat untuk dapat memenuhi kebutuhan data processing.** Kenaikan layanan perbankan digital berbasis internet ini didorong oleh penjualan produk produk digital seperti isi ulang pulsa, prepaid products dan transaksi pembayaran Ecommerce. Peningkatan ini disebabkan tiga hal: Pertama karena permintaan konsumen yang meningkat di masa pandemi, sebagai contoh paket data untuk konektifitas. Kedua turunya demand dari modern channel (penjualan pulsa lewat supermarket atau minimarket), Ketiga meningkatnya cara pembayaran elektronik (e-payment) untuk belanja online dan transaksi perbankan pada umumnya
Teknologi Pendukung dan Telekomunikasi Untuk mendukung semua perubahan dalam pilihan konsumen ini, konektifitas dan akses internet sudah menjadi tulang punggung, bahkan sudah menjadi bahan pokok keempat - sandang pangan papan dan pata (paket data)- apalagi di dalam social distancing economy. Hal ini memicu terjadinya pertumbuhan yang sangat signifikan untuk produk telekomunikasi , terutama paket data dan internet.
XL Axiata sebagai Telco Provider swasta terbesar di Indonesia melaporkan adanya peningkatan rata rata 20% dalam penggunaan internet sejak diterapkanya Work From Home (WFH). Kenaikan trafik terjadi secara merata di berbagai kota/wilayah khususnya di wilayah perumahan/residensial. Telkomsel mencatat kenaikan 13% untuk trafik komunikasi berbasis layanan data sejak masyarakat secara serempak mulai belajar dan bekerja di rumah. THE HOW Seperti dikatakan diawal, bahwa Social Distancing Economy mendorong transformasi apa yang dibeli (The What) dan bagaimana (The How) konsumen membeli atau menikmati produk dan jasa. Setelah kita membahas The What dalam social distancing economy, sekarang kita beralih ke The How.
Seluruh lonjakan dari konsumsi produk produk diatas juga merubah bagaimana cara konsumen memenuhi kebutuhannya. Bagaimana transformasi konsumen dalam bertransaksi dan melakukan pembayaran, sampai fullfillment atau pengiriman barang di masa pandemi ini?
Akan kita bahas di tulisan berikutnya, Social Distancing Economy Part 2 - Mobile First Service, Home Friendly Format, E-Payment and Flexible Distribution Sumber dan referensi data: *) https://mix.co.id/marcomm/news-trend/inilah-tren-perilaku-konsumen-selama-covid-19/, https://inet.detik.com/cyberlife/d-4971620/tren-belanja-online-selama-pandemi-covid-19-di-indonesia, **)https://katadata.co.id/berita/2020/05/05/transaksi-mobile-banking-bri-naik-61-di-masa-pandemi-covid-19, https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/451117/transaksi-online-perbankan-melonjak?, https://katadata.co.id/berita/2020/03/27/tanihub-dan-happyfresh-banjir-pesanan-imbas-pandemi-virus-corona
Report this
Comments